tag:blogger.com,1999:blog-83486756302053012062024-02-20T03:35:43.262-08:00Berita TerkiniAdminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-85374462895404406242018-11-30T23:53:00.001-08:002018-11-30T23:53:46.289-08:00Pemerintah Dinilai Cukup Lambat Merespons Perkembangan Ekonomi Digital <a href="https://www.channelrakyat.com/index.php/category/ekonomi/" target="_blank">ChannelRakyat</a>. Direktur Potensi Kepatuhan dan Penerimaan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Yon Arsal mengungkapkan, pemerintah cenderung lambat dalam merespons perkembangan ekonomi digital yang begitu cepat.<br /><br />Padahal banyak potensi pajak yang bisa diterima negara melalui kehadiran e-commerce yang kini terus berkembang. "Memang biasanya, di mana-mana pemerintah relatif pandangan umum terkesan lambat mengantisipasi perubahan yang amat cepat ini," kata Yon di Auditorium Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesi (UI), Depok.<br /><br />Menurut Yon, perubahan cepat itu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, khususnya DJP dalam mengawal perpajakan di Indonesia. Apalagi kini perusahaan-perusahaan di Tanah Air terus berkembang dan menggeliat. "Challenge-nya adalah bagaimana pemerintah untuk bisa secara cepat merespons perubahan yang terjadi. (Persoalan ini) tidak hanya di Indonesia, tapi hampir di seluruh negara," ujarnya. Dia menjelaskan, kendati demikian pihaknya tetap mencermati perkembangan yang terjadi.<br /><br />Pasalnya, untuk membuat aturan baru mengenai pengaturan usaha bukanlah sesuatu yang mudah dan cepat. Butuh proses dan waktu yang panjang. <br /><br />"Sekarang aturan pajak memang relatif tidak gampang membuatnya. Kalau hari ini bisnis nongol, lalu besok tiba-tiba dibuat undang-undangnya, kita ganti tidak bisa," tuturnya. Yon menilai, regulasi yang berlaku saat ini memang belum begitu maksimal dan menyeluruh untuk mengawal potensi-potensi pajak. <br /><br />Inilah yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah agar segera mencari solusinya. "Pemerintah, konteksnya Kemankeu, Dirjen Pajak, tentu harus mampu membuat terobosan. Satu dalam administrasi perpajakan dan sehingga tidak menjadi korban digital. Kedua, bagaimana menyediakan policy (kebijakan) yang efektif," tandasnya. Menurut Yon juga, dalam konteks pajak, ada dua isu utama yang penting. Pertama adalah tentang menyederhanakan tata cara perpajakan dan memberikan insentif pajak bagi para investor. "Kalau kita lihat secara umum, kita belum mengeluarkan regulasi yang amat sangat signifikan dan berbeda dengan regulasi yang ada saat ini," tutupnya.<br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-11491449959193130772018-11-30T23:49:00.000-08:002018-11-30T23:49:11.865-08:00Menhub Ingin Kembangkan Kapal Bambu Karya ITS<a href="https://www.buletinnasional.com/index.php/category/nasional/" target="_blank">BuletinNasional</a>. Kementerian Perhubungan tertarik berkerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengembangkan inovasi kapal bambu buatan mereka. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berpendapat, kapal bambu tersebut nantinya bisa ditempatkan di tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia.<br /><br />"Saya tertarik ada kapal dari bambu. Kami akan aplikasikan ke tempat wisata karena itu kearifan lokal. Kami juga ada program pemberdayaan masyarakat yang jumlahnya 11 ribu. Kami ingin apa yang dilakukan dalam proyek pemberdayaan masyarakat relevan dengan domain kami," kata Budi Karya saat mengunjungi ITS, Surabaya, Jumat .<br /><br />Budi menjelaskan, kapal bambu buatan ITS sangat cocok ditempatkan di obyek wisata. Diharapkan ditempatkannya kapal bambu dapat menjadi stimulus bagi orang lain untuk mereplikasi pembuatan kapal berbahan dasar bambu tersebut. Mengingat saat ini bahan dasar kapal dari kayu sudah semakin susah didapat dibanding bambu yang lebih praktis dan mudah didapat.<br /><br />"Saya sampaikan kalau itu bisa dibuat dengan harga kompetitif kami bisa bangun seperti di Palembang, di Danau Toba dan di beberapa tempat. Supaya kearifan lokal yang dikembangkan ITS menyebar ke seluruh tanah air. Saya minta ke Wakil Rektor ITS kalau sesuai anggaran bisa kerja sama," ujarnya.<br /><br />Selain pengembangan kapal bambu, Kemenhub juga tertarik bekerja sama bidang laut dengan ITS, seperti tata kelola laut, dan lain sebagainya. Budi ingin selalu melibatkan perguruan tinggi dalam setiap kebijakannya untuk mengakomodasi inovasi yang telah dibuat oleh perguruan tinggi di Indonesia.<br /><br />Budi juga berpendapat, industri perkapalan di Indonesia adalah yang sangat penting. Sebab, sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut, terutama di bagian timur. Artinya, koneksi antarpulau harus dihubungkan dengan kapal.<br /><br />"Memang butuh inovasi dari bidang kelautan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Tantangan inovasi adalah keekonomian, inovasi tanpa keekonomian yang baik dia tidak bisa digulirkan dan hanya akan barang riset," katanya.<br /><br />Dia juga memberi masukan kepada ITS agar dalam pembuatan riset harus juga melihat dan memikirkan aspek keekonomian. Sehingga riset yang dilakukan tidak sebatas menjadi pajangan, tetapi bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-10236999290732453122018-11-30T23:38:00.000-08:002018-11-30T23:38:01.378-08:00Penerbangan Baru di Bandara Samarinda Ini Rutenya <a href="https://porosnasional.com/index.php/category/nasional/" target="_blank">PorosNasional</a>. Belum lama ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Bandara Aji Pengeran Tumenggung (APT) Pranoto, Samarinda. Saat ini, bandara tersebut sudah melayani beberapa penerbangan dan yang paling terbaru dua rute lagi yaitu Samarinda-Berau dan Samarinda-Makassar.<br /><br />Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B Pramesti untuk rute penerbangan Berau-Samarinda dilayani maskapai Wings Air. Dia menjelaskan penerbangan perdana tersebut sudah dilakukan dengan baik setelah pesawat Wings Air dengan kode penerbangan IW 1484 berangkat dari Berau pada Rabu (28/11) pukul 08.00 WITA dan kembali ke Berau pada 09.15 WITA.<br /><br />Dia menjelaskan, penerbangan Wings Air tersebut dilayani menggunakan pesawat tipe ATR 72 dan dijadwalkan beroperasi setiap hari. “Ini jadwalnya pukul 09.15 WITA untuk rute Samarinda-Berau dan pukul 08.00 WITA untuk rute Berau-Samarinda,” kata Polana, <br /><br />Sementara itu, untuk rute penerbangan Makassar-Samarinda juga dilayani oleh maskapai nasional Batik Air. Penerbangan awal tersebut terlaksana setelah pesawat Batik Air dengan kode penerbangan ID 6687 berangkat dari Makassar Rabu 13.30 WITA dan terbang kembali ke Makassar pukul 15.25 WITA<br /><br />Penerbangan Batik Air dilayani menggunakan pesawat tipe Airbus A320 dengan kapasitas 180 penumpang. Selanjutnya penerbangan tersebut dijadwalkan beroperasi setiap hari dengan jadwal pukul 15.25 WITA untuk rute Samarinda-Makassar dan pukul 13.30 WITA untuk rute Makassar-Samarinda.<br /><br />Polana mengatakan, Bandara APT Pranoto merupakan pengganti Bandara Temindung yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi. Sebab, landasan pacu di Bandara Temindung terbatas dan sering mengalami banjir ketika musim hujan.<br /><br />“Terlebih berada di lokasi padat pemukiman sehingga rawan bagi keselamatan dan keamanan penerbangan,” jelas Polana.<br /><br />Sebelumnya, beberapa maskapai telah beroperasi di Samarinda yaitu Garuda Indonesia dan Batik Air yang melayani rute langsung ke Jakarta. Begitu juga dengan Travel Express yang melayani Samarinda-Berau PP tujuh kali sepekan, Samarinda-Melak PP tujuh kali sepekan, dan Samarinda-Tanjung Selor PP tiga kali sepekan yang semuanya menggunakan pesawat udara jenis ATR 42 dengan kapasitas 42 kursi. Maskapai Susi Air juga melayani rute Samarinda-Balikpapan setiap hari dengan pesawat udara jenis cessna dengan kapasitas 12 kursi.<br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-35429768588544434802018-11-30T23:32:00.002-08:002018-11-30T23:32:54.115-08:00Peringatan Hari Disabilitas International Dilaksanakan Di Bekasi <a href="https://tabloidnasional.com/index.php/category/nasional/" target="_blank">TabloidNasional</a>. Acara puncak peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional (HDI) 2018 akan digelar di Mall Sumarecon Bekasi, Ahad-Senin (2-3 Desember 2018). Peringatan HDI akan mengangkat tema 'Indonesia Inklusi dan Ramah Disabilitas'.<br /><br />Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, kegiatan ini rencananya akan dihadiri Presiden Joko Widodo. Beliau akan berdialog dengan 1.000 penyandang disabilitas, serta meninjau pameran berbagai layanan publik dan pemenuhan hak dasar penyandang disabilitas.<br /><br />"Melalui kegiatan ini saya ingin mengajak semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia yang ramah terhadap penyandang disabilitas. Untuk mewujudkan Indonesia yang ramah disabilitas, semua pihak memiliki peran yang harus dilakukan bersama-sama," katanya dalam konferensi pers persiapan penyelenggaraan Acara Puncak HDI 2018, di Jakarta, Jumat (30/11).<br /><br />Dari sisi pemerintah, dia mengatakan, pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo telah lahir Undang-Undang Penyandang Disabilitas Nomor 8 Tahun 2016 yang berisi tentang pemenuhan hak penyandang disabilitas. "Undang-Undang ini untuk menjamin terpenuhinya hak dan kesempatan penyandang disabilitas. Ada 24 hak penyandang disabilitas yang diatur dalam UU tersebut. Misalnya hak hidup, pekerjaan, pendidikan, akses fasilitas, hak bebas dari stigma, kesejahteraan sosial dan pelayanan publik," ujarnya.<br /><br />Secara bertahap, lanjutnya, Kementerian Sosial juga terus melakukan upaya percepatan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Dalam pemenuhan hak Kesejahteraan Sosial ada Kartu Penyandang Disabilitas sebagai identitas. Kartu ini kedepannya akan diitegrasikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk mempermudah akses mereka terhadap layanan publik. Tahun 2018 Kemensos menargetkan sebanyak 7.000 penyandang disabilitas mendapatkan kartu ini.<br /><br />Kemensos juga menyalurkan Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) kepada penyandang disabilitas yang terdaftar dalam Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu seperti diatur dalam Permensos Nomor 28 Tahun 2017. "Tahun ini sebanyak 119.311 penerima manfaat dari penyandang disabilitas sudah menerima PKH. Total bantuannya Rp 238.622.000.000," katanya.<br /><br />Untuk pemenuhan hak aksesibilitas penyandang disabilitas, Kementerian Sosial juga mendistribusikan sebanyak 7.070 alat bantu penyandang disabilitas berupa kursi roda, hearing aid, kruk, tongkat netra, kaki palsu, tangan palsu dan lainnya. Alat bantu ini untuk membantu dan memudahkan mobilitas penyandang disabilitas.<br /><br />Dalam pemenuhan hak penyandang disabilitas di bidang olahraga, tambahnya, pemerintah juga memfasilitasi penyelenggaraan Asian Para Games 2018 yang merupakan ajang pertandingan olahraga bagi penyandang disabilitas.<br /><br />“Alhamdulillah Indonesia memperoleh prestasi yang sangat membanggakan. Para atlet penyandang disabilitas memiliki kemampuan yang sangat luar biasa dan dapat menjadi inspirasi bagi kita semua. Inilah juga yang menyemangati pemerintah untuk terus berbenah dalam pemenuhan hak-hak dasar penyandang disabilitas,” katanya.<br /><br />Tema Internasional HDI tahun 2018 adalah “Empowering Persons With Disabilities and Ensuring Inclusiveness and Equality”. Di Tanah Air, tema ini diterjemahkan dalam tema nasional “Indonesia Inklusi dan Ramah Disabilitas”.<br /><br />Tema ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan disesuaikan dengan agenda-agenda Konvensi Internasional terkait hak penyandang disabilitas, akan tetapi semua mengarah pada upaya inklusifitas penyandang disabilitas di masyarakat.<br /><br />Dalam memperingati HDI 2018, Kementerian Sosial akan menggelar sejumlah kegiatan. Pertama, penyampaian informasi dan publikasi tentang hak-hak penyandang disabilitas melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kementerian/lembaga dan tayangan-tayangan di media cetak, elektronik dan media sosial.<br /><br />Kedua, melakukan kampanye sosial digital seperti bercerita tentang pengalaman bersahabat dan bekerja dengan disabilitas, unggah karya disabilitas terbaik dan jajak pendapat tentang isu disabilitas. Pada acara puncak akan menampilkan program-program kementerian, lembaga, pemerintah daerah, swasta, organisasi penyandang disabilitas, yang terdiri dari 70 ruang pamer informasi tentang program inklusi dan produk penyandang disabilitas. Di dalamnya disajikan berbagai upaya pemenuhan hak penyandang disabilitas.<br /><br />Artis Farhan yang juga pemerhati hak-hak penyandang disabilitas akan didaulat menjadi host acara. Sedangkan penyanyi Tulus akan tampil menghibur dan berkolaborasi bersama penyandang disabilitas.<br /><br />"Saya mengajak saudara-saudara kita para penyandang disabilitas dan keluarga, serta masyarakat umum untuk hadir dalam acara ini. Mari kita rayakan kesetaraan, kita maknai Hari Disabilitas Internaisonal sebagai momentum untuk bekerja dan berjalan bersama dalam mewujudkan Indonesia yang ramah disabilitas," katanya. Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-28936295938023823322018-11-30T23:27:00.001-08:002018-11-30T23:27:24.041-08:00Novel Bamukmin Meminta Polisi Agar Tidak Mengizinkan Aksi 212 Tandingan yang Diinisiasi Kapitra Ampera<a href="https://harianpress.com/index.php/category/nasional/" target="_blank">HarianPress</a>. Ketua Media Center Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin meminta pihak kepolisian untuk tidak memberikan izin digelarnya Reuni 212 yang diinisiasi Kapitra Ampera di waktu dan tempat yang sama.<br />Novel Bamukmin mengatakan aksi tandingan tersebut pasti bermuatan politis.<br /><br />“Soal aksi tandingan sah-sah saja tapi saya meminta polisi untuk tidak memberikan izin karena jika dalam satu waktu dan tempat yang sama diadakan dua aksi dengan pandangan politik berbeda maka bisa berpotensi terjadi gesekan,” jelas Novel Bamukmin di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, <br /><br />Novel menegaskan aksi tandingan yang diinisiasi Kapitra lebih pantas tidak diberikan izin lantaran melanggar kawasan car free day (CFD).<br /><br />“Saya sudah lihat denah rutenya yaitu sepanjang Jalan Sudirman dan Jalan MH Thamrin yang melanggar jalur masyarakat umum di mana tidak boleh ada kegiatan politik di dalamnya,” kata Novel.<br /><br />Tak hanya itu, ia khawatir akan ada gesekan bila aksi serupa digelar di lokasi yang berdekatan.<br /><br />“Apalagi itu sangat dekat dengan Monas yang merupakan tempat diselenggarakannya Reuni 212, berpotensi sekali ada gesekan,” imbuhnya.<br />Novel Bamukmin menegaskan bahwa reuni tandingan tersebut bisa disebut bermuatan politis karena tak jelas asal-usulnya.<br /><br />“Yang perlu dipertanyakan adalah sebelum-sebelumnya mereka tak pernah buat aksi tapi besok tiba-tiba ada, berbeda dengan kami, hal tersebut tentu memiliki tujuan politik terutama untuk adu domba,” katanya.<br /><br />Novel mengatakan peserta Reuni 212 akan diikuti sekitar 3-4 juta orang.Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-89728094985103110972018-11-30T23:21:00.000-08:002018-11-30T23:21:13.781-08:00Dugaan Keterlibatan Exco, Kasus Pengaturan Skor Dan PSSI<a href="https://pojokpos.com/index.php/category/nasional/" target="_blank">PojokPos</a>. PSSI sedang menyelidiki dugaan praktik curang pengaturan pertandingan di
Liga 2 2018 yang melibatkan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI
bernama Hidayat. Komite Etik dan Komisi Disiplin PSSI, dua badan
yudisial di internal federasi sepak bola nasional, tersebut dalam
sepekan ini sedang mendalami kasus yang melibatkan dua klub, PSS Sleman
dan Madura FC.<br />
<br />
Ketua Komite Etik Letnan Jenderal (Letjen) Dodik Wijanarko mengatakan, kasus tersebut saat ini masih ada di ranah Komisi
Disiplin PSSI. Kata dia, hasil penyelidikan dan sidang internal terkait
kasus tersebut akan dibawa ke dewan etik karena melibatkan satu anggota
Exco PSSI.<br />
“Untuk saat ini, saya belum bisa bicara
banyak karena masih dilakukan pengumpulan bukti-bukti dan keterangan,”
kata Dodik,<br />
<br />
Namun Dodik memastikan kasus
dugaan pengaturan pertandingan yang melibatkan antara Hidayat dan
manajemen PSS Sleman bersama Madura FC di Liga 2, akan berujung pada
pemberian sanksi. “Semua dalam kasus ini masih merasa benar. Tetapi kami
(di Komite Etik) tunggu saja hasil dari Komisi Disiplin dulu nantinya
seperti apa keputusannya,” ujar dia menambahkan.<br />
<br />
Kasus yang menyeret Hidayat sebagai anggota Exco berawal dari pengakuan manajer Madura FC, Januar Herwanti. Januar mengungkapkan, Hidayat menjadi perantara pengaturan pertandingan klubnya saat menghadapi PSS Sleman pada babak delapan besar Liga 2.<br /><br />Pengakuan Januar lengkap dengan bukti salinan pembicaraan lewat pesan WhatsApp. Ia mengatakan, Hidayat menjanjikan uang senilai antara Rp 100 sampai 150 juta agar Madura mengalah demi PSS Sleman.<br /><br />Saat ini, Liga 2 sudah memasuki babak final dengan mengantarkan PSS Slemen promosi ke Liga 1 2019 bersama Semen Padang FC. Sementara kesebelasan Madura FC, kandas di babak delapan besar.<br /><br />Terkait tuduhan kepadanya, Hidayat saat ditemui wartawan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, menerangkan duduk perkara kasus itu. Hidayat menerangkan, dirinya memang mengakui pernah berkomunikasi dengan Januar. “Saya memang pernah berkomunikasi dengan Januar. Apa yang dia buktikan dengan screen capture Whatsapp, itu benar. Saya tidak memungkiri itu,” ujar dia, <br /><br />Akan tetapi, Hidayat menegaskan, komunikasi tersebut terjadi pada awal Liga 2 dimulai. Yaitu sekitar Mei 2018. Hidayat menilai, bukti beberan Januar tentang pengaturan laga babak delapan besar tersebut menjadi tak masuk akal dengan melihat waktu dan kejadian. “Karena itu sudah lewat. Saya cuma sekali komunikasi dengan dia,” kilah dia.<br /><br />Hidayat pun menceritakan asal muasal komunikasi dengan Januar waktu itu. Hidayat yang juga berpendidikan doktor itu mengatakan, ada seorang dari Sleman, Yogyakarta yang menghubunginya lewat telepon seluler. Namun Hidayat menolak mengungkap orang Sleman yang dia maksud.<br /><br />Hidayat hanya memastikan orang Sleman tersebut bukan dari manajemen PSS Sleman. “Yang saya maksud orang Slemen itu bukan orang manajemen. Saya nggak tahu siapa orang Sleman yang menelepon saya,” kata dia.<br /><br />Meski tak kenal, Hidayat mengatakan pembicaraan lewat seluler ketika itu meminta agar Madura FC melepas pertandingan saat menghadapi PSS Sleman. Namun Hidayat mengaku, meminta orang Sleman yang dimaksud agar berkomunikasi langsung dengan Januar sebagai manajer di Madura FC.<br /><br />Hidayat melanjutkan, orang Sleman yang meneleponnya waktu itu mengenalnya sebagai pemilik Madura FC. Hidayat pun mengakui sebagai orang yang pernah memiliki Madura FC. “Saya itu punya lima klub. Dulu salah satunya Persebo Bondowoso yang sekarang jadi Madura FC. Jadi orang Sleman itu mengetahui saya sebagai pemilik Madura FC dan saya berkomunikasi dalam kapasitas orang Madura FC bukan Exco,” ujar dia.<br /><br />Akan tetapi, Hidayat menerangkan kepemilikannya di Madura FC sudah selesai pada 2016. Yaitu ketika dirinya masuk ke jajaran pengurus PSSI periode 2016-2020 sebagai salah satu anggota Exco. “Saya anggota Exco dengan perolehan suara terbanyak,” ujar dia.<br /><br />Karena statusnya sebagai anggota Exco PSSI, Hidayat menegaskan komunikasi dengan orang Sleman berakhir dengan permintaan agar komunikasi dilanjutkan langsung dengan Januar dari Madura FC. “Saya bilang waktu itu, monggo silakan langsung ke Januar. Saya tidak di Madura FC lagi,” kata Hidayat.<br /><br />Hidayat mendefenisikan dirinya dalam pat gulipat pertandingan tersebut hanya sebagai penghubung dua pihak. “Jadi saya cuma sekali saja berkomunikasi. Setelah itu, saya serahkan ke Madura. Saya hanya seperti perantara saja,” ujar dia.<br /><br />Namun Hidayat mengakui, komunikasi antara orang Sleman dan Januar menyebut angka lepas pertandingan di antara Rp 100 sampai 150 juta. “Itu sebagai uang jaminan. Biasalah itu kalau di lapangan untuk akomodasi pemain,” jelas dia.<br /><br />Akan tetapi, saat hari pertandingan, Hidayat menerangkan kesepakatan melepas pertandingan tersebut, pun batal. “Pas hari H pertandingan, ternyata saya dengar nggak jadi. Ya saya ucapkan selamat dan saya doakan menang,” sambung dia.<br /><br />sempat bertanya kepada Hidayat tentang komunikasi antara dirinya dengan orang Sleman yang membicarakan soal rencana rekayasa pertandingan tersebut, apakah tidak melanggar kode etik, mengingat ia sebagai anggota Exco? Bahkan Hidayat pun tercatat sebagai Ketua Komite Kompetisi dan Pengembangan Usia Muda di PSSI. Hidayat mengatakan, dirinya tak mengerti soal defenisi etik tersebut. “Saya tidak tahu apakah itu melanggar kode etik karena posisi saya sebagai anggota Exco. Tapi saya berbicara ketika itu sebagai Madura FC,” ucap dia. <br /><br />Lantaran tak tahu batas etiknya sebagai anggota Exco PSSI, Hidayat pun meminta agar dirinya disidang. Menurut dia, ini agar ia mengetahui apakah komunikasinya dengan orang Sleman dan Madura FC dapat dikatakan melanggara kode etik dan masuk dalam kategori pengaturan pertandingan. Ia menyerahkan semuanya kepada PSSI. “Saya harus konsultasi ke Komite Etik dan supaya Komisi Disiplin cepat menyidangkan kasus saya ini,” ujar dia.<br /><br />Wakil Ketua Komisi Disiplin PSSI Umar Husin mengatakan, dalam sepekan ini, badan pengadil internal federasi sudah mulai menyelidiki kasus yang melihat Hidayat tersebut. “Kami belum putuskan. Tapi proses persidangannya sudah dilakukan dalam sepekan ini,” kata dia,<br /><br />Pada Kamis, Umar mengatakan, Komisi Disiplin sudah memanggil Januar. Pada akhir pekan ini, kata dia, Hidayat juga akan dimintai keterangan terkait dugaan pengaturan pertandingan itu.<br /><br />Namun menurut Umar, apa yang dilakukan Hidayat sebetulnya sudah melanggar kode etik. Kata dia, sebagai anggota Exco PSSI, haram membicarakan, apalagi menjadi perantara jual beli pertandingan.<br /><br />Umar mengatakan, sementara ini ada dua bakal sanksi yang menjadi acuan Komisi Disiplin terkait kisruh PSS Sleman dan Madura FC tersebut. Yakni, sanksi disiplin dan sanksi adminitratif. Sanksi disiplin, tentunya akan dijatuhkan kepada klub yang terlibat jika terbukti bersalah.<br /><br />Adapun sanksi administratif, lanjut Umar, bakal menyasar Hidayat sebagai anggota Exco PSSI. Sanksi administratif tersebut selanjutnya akan disorongkan kepada Komite Etik sebagai acuan mengambil keputusan.<br /><br />Menengok Statuta PSSI, Komite Etik bisa menjatuhkan sanksi berupa pemecatan terhadap anggota Exco PSSI yang melanggar kode etik dengan persetujuan dari forum Exco PSSI. “Sanksi administratif ini, jika terbukti melanggar kode etik,” kata Umar.<br /><br />Umar pun meminta kepada semua klub yang bertalian dengan Hidayat segera melaporkan bukti-bukti valid sebagai acuan dalam mengambil keputusan.<br />
Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-48881784013906351662018-11-30T23:11:00.002-08:002018-11-30T23:11:39.812-08:00"Hidup Itu hanya permainan, Buat Apa Cekcok karena Politik" Kata Sandiaga<a href="https://kanalutama.com/index.php/category/nasional/" target="_blank">KanalUtama</a>. Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, menyesali percekcokan yang terjadi di masyarakat akibat perbedaan pilihan politik pada Pilpres 2019. Apalagi jika percekcokan berujung kisruh dan mengakibatkan kerugian.<br /><br />Sandiaga mengatakan bahwa perbedaan politik seyogianya ditanggapi dengan wajah. Perbedaan politik adalah hal yang lazim dan tak perlu disikapi dengan negatif.<br /><br />"Mari kita justru gunakan perbedaan kita untuk membangun Indonesia yang lebih baik," ujar Sandiaga di sela kunjungannya ke sejumlah wilayah di Jakarta Barat, Jumat<br /><br />Hal tersebut disampaikan Sandiaga menanggapi kasus pembunuhan di Sampang, Madura, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Dua warga, Idrus dan Subaidi, terlibat cekcok di media sosial akibat perbedaan pilihan calon Presiden. Nahas, percekcokan itu berujung maut pada kematian Subaidi.<br /><br />Menurut Sandiaga, baik peserta pemilu maupun masyarakat, harus sama-sama berkomitmen menjaga kedamaian. Seluruh pihak harus mampu mengontrol diri meski perbedaan pandangan politik itu hadir di tengah-tengah.<br /><br />"Kalau kita komitmen dengan kampanye damai, sejuk, kita harus turunkan tensi politik kita. Jangan saling memprovokasi, itu harapan kita ke depan," kata Sandiaga.<br /><br />Sandi juga menyebut bahwa hidup seyogianya diisi dengan canda dan bahagia serta saling menghormati satu sama lain. Terlebih, lanjut Sandi, di tahun politik seperti saat ini.<br /><br />"Hidup ini senda gurau sebetulnya. Hidup ini harus kita yakini bahwa semuanya sudah tertulis. Jadi, buat apa masyarakat saling cekcok dan gontok-gontokan," pungkas Sandiaga.Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-23787472408235547852018-11-30T20:46:00.001-08:002018-11-30T20:46:31.306-08:00"Membalik Stigma Muslim Milenial" Fenomena Hijrah Pemuda<a href="https://pojoknasional.com/index.php/category/nasional/" target="_blank">PojokNasional</a>. Fenomena kembali ke agama sebagai jalan hidup kerap diasosiasikan dengan kaum paruh baya yang telah mapan. Kendati demikian, beberapa tahun belakangan semangat serupa juga kian tampak di kalangan pemuda kotakota besar di Indonesia. <br />Pengunjung Hijrah fest berdoa bersama saat ustaz memimpin doa usai mengisi dakwah dalam acara Hijrah Fest 2018 di Jakarta Convention Center, Jakarta, .<br /><br />Pengunjung Hijrah fest berdoa bersama saat ustaz memimpin doa usai mengisi dakwah dalam acara Hijrah Fest 2018 di Jakarta Convention Center, Jakarta,.<br /><br />Fenomena kembali ke agama sebagai jalan hidup kerap diasosiasikan dengan kaum paruh baya yang telah mapan. Kendati demikian, beberapa tahun belakangan semangat serupa juga kian tampak di kalangan pemuda kotakota besar di Indonesia. Wartawan-wartawati Republika mencoba menangkap geliat gerakan ini di sejumlah daerah. Berikut tulisan bagian kelima.<br /><br />Fenomena generasi milenial Muslim yang tak ragu menunjukkan semangat beragama kian kasat mata di Indonesia. Sejak dua tahun belakangan, di kota-kota besar, seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, acara-acara yang menggabungkan gairah anak muda dan keislaman tersebut selalu disesaki pengunjung. Apakah ini sekadar fenomena lokal?<br /><br />Pada 2017, lembaga survei terkemuka, Pew Research melakukan survei keagamaan di Amerika Serikat. Para pemeluk dari berbagai umur dan latar belakang disigi untuk mengetahui kecenderungan masing-masing komunitas. Secara keseluruhan, di Amerika Serikat tren meninggalkan agama resmi. Kendati demikian, ada yang janggal dan keluar pakem pada komunitas Muslim AS.<br /><br />Pada agama-agama lain, selalu lebih banyak kaum lebih tua yang menganggap agama sangat penting dalam kehidupan mereka dibandingan para milenial yang lahir pada rentang 1980-2000-an. Pada Kristen Evangelis, 80 persen orang tua menganggap agama sangat penting dibandingkan 75 persen kaum milenial.<br /><br />Pada Protestan, nilainya 55 persen dibandingkan 45 persen. Sementara di Katolik, ketimpangannya sangat tajam, 61 persen orang tua dibandingkan 46 persen generasi milenial.<br /><br />Sementara di komunitas Muslim, tren itu berbalik. Justru, lebih kaum banyak milenial yang menganggap agama sangat penting dalam kehidupan mereka. Sebanyak 66 persen generasi milenial Muslim AS menganggap penting agama dibandingkan 64 persen pada golongan tua.<br /><br />Saat para milenial agama lain persentase kerajinannya lebih rendah dari golongan tua, di Islam persentasenya terbalik. Justru, generasi milenial (44 persen) yang lebih sering ke masjid ketimbang golongan tua (42 persen). Yang juga janggal pada komunitas Islam adalah jarak persentase persepsi keberagamaan kaum milenial dan senior mereka tak sedemikian jauh dibandingkan komunitas beragama lain.<br /><br />Bagaimana di negara-negara di mana Islam adalah bagian dari status quo, sementara kita paham bahwa kemapanan bukan hal yang disukai betul oleh anak-anak muda? Pada 2015, Tabah Foundation dari Uni Emirat Arab bekerja sama dengan Zogby Research Service menggelar survei besar-besaran tentang pandangan generasi milenial Muslim. Negara-negara yang dijadikan sampel adalah Maroko, Mesir, UEA, Arab Saudi, Yordania, Palestina, Bahrain, dan Kuwait.<br /><br />Hasilnya ternyata juga membalik asumsi awal soal anak muda. Seratus persen generasi milenial di empat negara (Saudi, Bahrain, Kuwait, Yordania) meyakini agama Islam karena mereka menyimpulkan sendiri kebenaran agama tersebut, bukan semata karena faktor keturunan. Jumlah kaum milenial dengan pandangan serupa adalah 90 persen di Mesir, UEA, dan Palestina; serta 77 persen di Maroko.<br /><br />Terlepas dari kondisi negara masing-masing, generasi milenial di negara-negara itu sangat sepakat bahwa agama memiliki peran penting untuk masa depan negara mereka. Persentase paling tinggi adalah 93 persen di Kuwait, dan paling rendah 75 persen di Yordania dan 63 persen di Bahrain.<br /><br />Hal yang juga unik, pandangan religius itu berbanding lurus dengan progresivitas. Sedikitnya 66 persen di Bahrain dan paling banyak 92 persen di Yordania sepakat bahwa agama yang dijalankan di negara mereka menghormati dan memberdayakan perempuan.<br /><br />Sebagian besar juga menuntut lebih banyak ulama perempuan terlibat dalam penafsiran agama. Sebagian besar juga mendesak agar isu-isu yang disampaikan ulama dan ustadz serta khatib dibuat relevan dengan kondisi terkini.<br /><br />Kaum milenial Muslim di negara-negara tersebut agaknya memiliki kesadaran bahwa yang dijalankan negara atau institusi agama di negara mereka belum tentu sesuai nilai-nilai Islam. Alih-alih meninggalkan agama sehubungan yang dipraktikkan status quo, generasi milenial Muslim menengok sendiri ke ajaran agama.<br /><br />Bagaimana di Indonesia? Sejauh ini, belum ada survei komprehensif mengenai tren kaum milenial Muslim di Indonesia. Namun, dalam riset yang dilakukan Muhammad Faisal dari Youth Labs dalam buku Generasi Phi, Memahami Milenial Pengubah Indonesia (2017) ke berbagai kelompok anak muda di berbagai daerah, memang terlihat menguatnya tren keagamaan tersebut.<br /><br />Lewat wawancara mendalam yang dilakukan Faisal ke sejumlah nara sumber anak muda dalam berbagai kelompok, jawaban soal keagamaan dan ingin membahagiakan orang tua amat menonjol. Menurut Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Muhammad Najib Azca, ada pola-pola anak muda yang bisa dibaca melalui gelombang hijrah belakangan.<br /><br />Ia menuturkan, berhijrah merupakan fenomena sosial yang menandai adanya fase krisis dalam diri manusia, khususnya anak muda. Dalam fase krisis tersebut, seseorang memerlukan jawaban yang kemudian bertransformasi melakukan perubahan, dalam hal ini adalah indikator keagamaannya.<br /><br />Selain itu, belakangan juga muncul model gerakan keagamaan baru yang mengambil utuh gaya hidup ala Timur Tengah. Dengan begitu, terdapat beberapa ekspresi atau artikulasi keagamaan yang akhirnya kontradiktif dengan adat yang ada. "Anak muda merupakan kelompok yang lebih mudah menerima hal baru dibanding orang tua. Karena, memang ada faktor tertentu berakomodatif terhadap perubahan," ujarnya menegaskan.<br /><br />Najib mengapresiasi bagaimana hijrah menjadi fenomena di Indonesia. Kendati demikian, kelestarian dan daya tahan gerakan itu juga masih perlu dicermati. Ia mengingatkan, tren gaya hidup bisa bergeser kapan saja ketika tren gaya hidup baru lainnya munucul. "Saya rasa harus kita lihat nanti dan belum bisa menentukan secara konklusif saat ini dan masih sesuatu yang harus diamati jauh," papar Najib.<br /><br />Bagaimanapun, ia mengatakan, bisa saja hijrah digunakan sebagai cara hidup baru. Meski begitu, alangkah baiknya jika itu tidak hanya berdimensi personal dan ritual, tapi lebih berdimensi sosial, misalnya, jadi lebih peduli pada orang lain, lebih banyak memberikan bantuan pada orang lain. "Jadi, orang tidak hanya berpikir keselamatan individualnya, tapi juga keselamatan atau kesejahteraan dan keadilan sosial," kata Najib.<br /><br />Sementara, Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Prof HM Baharun mengiyakan, belakangan generasi milenial menunjukkan gejala yang tidak biasa. Banyak di antara mereka yang masih berusia remaja sudah memilih untuk hijrah. Hal tersebut tampak dari banyaknya remaja yang mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan.<br /><br />Ia berpandangan, ada beberapa faktor yang mendorong mereka untuk hijrah. "Pertama, terasa ada semacam kekosongan jiwa bagi sebagian remaja kita yang kemudian melahirkan kejenuhan dan ketidaktenangan meskipun kehidupan telah menjanjikan kesenangan," <br /><br />Selanjutnya, remaja masa kini yang hidup di era digital sudah dapat berpikir kritis. Mereka juga dapat mengakses pesan-pesan keagamaan dengan baik melalui sistem informasi yang ada secara bebas. "Apalagi, kini sudah banyak dai remaja milenial yang juga bisa diakses di TV dan online setiap saat, maka lewat inilah kesadaran untuk berhijrah remaja milenial tumbuh berkembang," ujarnya.<br /><br />Menurut Prof Baharun, kebangkitan generasi milenial Muslim tidak perlu dikhawatirkan. Justru, potensi ini sangat positif untuk dimanfaatkan guna menguatkan NKRI. Dia menyarankan, remaja-remaja yang hijrah tersebut sebaiknya diarahkan untuk ikut mencerdaskan bangsa dan menguatkan arus ekonomi umat.<br /><br />Sebab, masalah keumatan saat ini hakikatnya hanya dua, yakni kebodohan dan kemiskinan. "Remaja-remaja yang hijrah jangan diarahkan untuk bermain di ranah politik praktis, nanti bisa tawuran lagi seperti sebelum berhijrah. Soal pilihan politik serahkan saja pada pilihan individual masing-masing sesuai hati nuraninya," ujarnya.<br /><br />Hal yang jelas, fenomena hijrah generasi milenial Muslim di Indonesia telah membuktikan bahwa kaum milenial bukan golongan yang monolitik dan bisa disimpulkan secara satu dimensional. Bahkan, dalam gerakan itu sendiri, ada ciri khas di masing-masing daerah.<br /><br />Di Bandung, misalnya, gerakannya lebih trendi melalui komunitas hobi. Sementara di Jakarta, ada egalitarianisme yang coba diangkat, di Yogyakarta lebih membumi dengan masyarakat, serta di Jawa Timur tradisionalisme masih mengakar. Seiring waktu, kelanggengan gerakan tersebut tentu masih perlu diuji. Namun, untuk sementara waktu, ia bukan lagi fenomena yang bisa diabaikan. n fuji eka permanaAdminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-34691590624319868042018-11-30T20:36:00.000-08:002018-11-30T20:36:13.366-08:00Habib Rizieq Menyerukan Kibarkan Bendera Merah Putih Sebanyak Banyaknya<a href="https://rakyatutama.com/index.php/category/nasional/" target="_blank">RakyatUtama</a>. Imam Besar Front Pembela Islam, Habib Rizieq Shihab, mengajak seluruh elemen masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, untuk menghadiri Reuni Akbar 212 yang akan digelar di Monas, Jakarta, Minggu, 2 Desember 2018.<br /><br />Hal ini disampaikan Habib Rizieq dalam pidatonya yang disampaikan melalui channel Youtube, Front TV, Kamis, 29 November 2018.<br /><br />"Ayo kerahkan semua keluarga, kerabat, sahabat, jemaah, dan masyarakat untuk hadir dalam Reuni Akbar 212. Ayo hadiri dengan niat dan tulus untuk bela negara. Untuk jaga NKRI dan Pancasila dari pemecah belah bangsa. Untuk melindungi konstitusi dari penista agama. Untuk pelihara kebhinekaan dari para pengadu domba rakyat," ujar Habib Rizieq.<br /><br />Habib Rizieq menegaskan, Reuni Akbar 212 bukan sekadar ajang nostalgia para pejuang 212, tapi juga merupakan media konsolidasi umat Islam dan rakyat Indonesia untuk melawan kezaliman dan menegakkan keadilan.<br /><br />"Reuni Akbar 212 adalah momentum kebangkitan umat Islam dan rakyat Indonesia untuk menuju perubahan yang lebih baik. Insya allah," ujar Rizieq.<br /><br />Habib Rizieq mengimbau kepada seluruh peserta Reuni Akbar 212 untuk menjaga kondusivitas. Tidak mengganggu orang lain, tidak merusak taman dan tanaman, tidak membuang sampah sembarangan. Tidak berkata kasar ataupun kotor.<br /><br />"Jangan buat kemaksiatan dan kemungkaran. Ingat, hormati aparat keamanan. Jaga para habaib dan ulama. Perbanyak zikir dan salawat. Kibarkan sejuta bendera merah putih. Dan kibarkan juga sejuta bendera tauhid dalam aneka warna," ujar Habib Rizieq.<br /><br />"Ayo jaga Reuni 212 agar tetap bersih, tertib, aman dan nyaman, tenang dan senang, sehingga menjadi reuni yang super damai. Insya Allah," kata Habib Rizieq.<br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-17454536324734287002018-11-30T19:54:00.002-08:002018-11-30T19:54:55.177-08:00Tes CPNS 2018: Wajib Diketahui Peserta SKB<a href="https://www.rakyatdigital.com/index.php/category/nasional/" target="_blank">RakyatDigital</a>. Sejumlah instansi pemerintah pusat sudah mengumumkan nama-nama peserta tes CPNS 2018 yang lolos ke tahap SKB (seleksi kompetensi bidang).<br /><br />Kepala Biro Humas Badan Kepegawaian Negara (BKN) Muhammad Ridwan mengatakan, sebelum fase SKB diumumkan, harus melalui empat tahap verifikasi dan validasi (verval). Pada tahap IV dan III verval dilakukan oleh pejabat pratama BKN.<br /><br />Kemudian pada verval tahap II dipegang langsung oleh deputi (eselon I) di BKN. Dan terakhir pada tahap I merupakan persetujuan atau approve dari Kepala BKN Bima Haria Wibisana.<br /><br />"Zero mistake. Inilah tujuan utama verval sampai empat tahap itu," katanya seperti diberitakan Jawa Pos. Jika sudah mendapatkan approve dari kepala BKN, berarti nama-nama peserta SKB sudah bisa diumumkan oleh instansi masing-masing.<br /><br />BKN juga menyebutkan instansi pusat yang sudah mengeluarkan pengumuman fase SKB. Di antaranya, Kementerian Hukum dan HAM, Kemendag, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), dan Kemenpora.<br /><br />Kemudian Komnas HAM, PPATK, BKPM, dan BNPB. Lalu ada Setjen MPR, Setjen DPR, dan Arsip Nasional (Anri). Proses ini terus berlangsung dan datanya bergerak dinamis.<br /><br />Lebih lanjut Ridwan menyampaikan proses verval masih berlangsung dan diperkirakan akan rampung seluruhnya pada akhir November. Sementara target pelaksanaan SKB awal Desember. "Jadi BKN optimistis proses verval rampung bulan November ini,” jelasnya.<br /><br />Kepada pelamar yang namanya lolos ke fase SKB, diharapkan untuk mempersiapkan diri. Membaca dengan seksama ketentuan pelaksanaan SKB yang diatur instansi masing-masing. Ridwan menegaskan bahwa soal SKB bukan dibuat oleh BKN. <br /><br />Tetapi oleh instansi terkait. Mislanya soal SKB formasi guru dibuat oleh Kemendikbud. Lalu soal SKB tenaga kesehatan dibuat oleh Kemenkes.<br /><br />Ridan juga mengatakan soal SKB sesuai bidang pekerjaan. Bagi Pemda, pelaksanaan SKB wajajib pakai ujian tulis berbasis cara assisted test (CAT) BKN. Jumlah soalnya 100 buah dan waktu pengerjaannya 90 menit.<br /><br />"(Durasinya, Red) Sama seperti SKD," tutur dia. Sedangkan SKB untuk instansi pusat bentuknya beragam.Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-48421668459076383042018-11-30T19:52:00.000-08:002018-11-30T19:52:21.689-08:00"Anak-anak korban gempa dan tsunami Palu yang kembali dari ajal" Benar Benar Keajaiban<a href="https://channelrakyat.com/index.php/category/nasional/" target="_blank">ChannelRakyat</a>. Gempa bumi dan tsunami berkekuatan 7,5 SR yang menghantam Sulawesi Tengah 28 Oktober lalu.<br />Lebih dari 2.000 orang meninggal, bahkan ada kawasan seperti Petobo, yang akhirnya ditetapkan sebagai kuburan massal karena sudah tak mungkin menemukan korban yang terkubur di dalamnya.<br /><br />Tetapi ada juga kisah ratusan anak-anak yang terpisah dari orang tua mereka. Dalam beberapa minggu terakhir ini 14 di antaranya bertemu kembali dengan keluarga mereka dalam peristiwa yang mengharukan setelah proses pencarian yang luar biasa.<br /><br />Gara-garanya adalah kompor yang ditinggalkan dalam keadaan tetap menyala, saat Martha Salilama berlari keluar sambil menggendong Fikri, bocah usia tujuh tahun, ketika gempa melanda.<br /><br />Fikri adalah cucu dari Selfi Salilama, adik Martha. Saat gempa terjadi, Martha, dibantu Fikri, sedang memasak nasi kuning dengan ayam goreng untuk dijual di Festival Pesona Palu Nomoni.<br /><br />"Waktu gempa itu, rumah roboh semua. Mereka berlarian karena takut tertindih bangunan. Jadi lari keluar," kata Selfi. <br /><br />Dikatakan oleh Selfi, Martha dan Fikri kemudian berkumpul bersama warga lain di sekitar patung kuda di teluk Palu. Ketika gempa bumi berhenti, Martha menitipkan Fikri kepada sejumlah tetangga di lapangan itu.<br /><br />"Kakak saya itu (Martha) pulang ke rumah, mau matikan kompor, karena tadi sedang masak," kata Selfi.<br /><br />"Ketika dia kembali ke patung kuda, Fikri sudah tak ada," kata Selfi. Rupanya tsunami sudah menerjang.<br />Maka yang disaksikan Martha di sana saat kembali adalah sebuah pemandangan horor: semuanya hancur lebur akibat gelombang raksasa tsunami yang baru saja menghantam teluk.<br /><br />Ada pula kisah Jumadil, bocah lima tahun, yang tatkala gempa melanda sedang bermain di pantai, membangun istana pasir.<br /><br />Neneknya, Ajarni, yang mengasuhnya hari itu, berjualan makanan kepada penonton festival di jalanan di tepi pantai.<br /><br />Dia sedikit manja sebelumnya, kata Ajarni.<br /><br />"Anak ini minta digendong sebelum gempa terjadi. 'Gendong nek,' katanya. Jadi saya gendong-gendong terus. Sampai akhirnya dia bosan dan meminta diturunkan dan bermain di pasir," katanya.<br /><br />Ketika gempa kuat melanda dia berusaha membawa Jumadil, tetapi ia tak menemukannya.<br /><br />"Entahlah apa yang terjadi, orang-orang sudah lari semua. Saya balik ke anjungan mencari cucu saya," katanya.<br />Situasinya kacau, katanya, orang-orang blingsatan ke segala arah saat gempa bumi melanda.<br /><br />"Pas di Patung Kuda, air terlihat bergulung. Saya lihat air tinggi warnanya hitam. Saya lari sekencang-kencangnya, saya tidak tahu lari ke mana lagi. Untung ada motor-motor, saya berpegangan."<br />Gelombang akhirnya menyeretnya ke tempat parkir Golden Palu hotel.<br />Dia selamat. Tapi Jumadil lenyap.<br /><br />Di tempat parkir itu Ajarni ditemukan oleh suaminya, Asmudin, kakek Jumadil.<br />Awalnya ia tidak mengenalinya.<br /><br />"Dia di depan saya, tapi saya tidak tahu karena sudah ada darah, lumpur, sempet nangis, sempet saya lihat. Siapa ini? Lalu pada adik saya, saya bilang, cari dulu iparmu. Dia bilang, 'itu', sambil menunjuknya," katanya.<br /><br />"Ini yang buat saya menangis, rambutnya seperti supermi campur lumpur dan darah. Saya langsung angkat. Saya pikir, jangan sampai dia kehabisan darah karena waktu itu darahnya sudah seperti kecap. Jadi satu motor kita bonceng dua ke rumah sakit."<br /><br />Berita hilangnya Jumadil, akhirnya sampai kepada Susi Rahmatia, ibunya yang kebetulan sedang berada di rumah di ketinggian, saat gempa dan tsunami terjadi.<br />"Saya pikir dia sama neneknya, anak ini main pasir di pinggir pantai, tapi saya pikir juga dia dibawa lari oleh ibu saya, lari sampai malam ke atas gunung," katanya.<br /><br />Sorenya, katanya, "oom saya datang kasih kabar banyak mayat anak-anak di anjungan. Saya menangis, saya pikir anak saya sudah mati dihantam ombak."<br /><br />"Malam itu bapaknya langsung mencari turun ke laut, dia menemukan beberapa anak kecil seumuran anak kami, dia menangis. Kemudian dia ke rumah sakit, cari-cari mayat, ada mayat masuk cari lagi, tapi Jumadil enggak ada juga."<br /><br />Pagi harinya, Asmudin, sang kakek, bergabung dalam upaya pencarian itu.<br />"Udara di sekitar pesisir masih ada bau mayat. Saya coba cari di daerah-daerah bertebing di bawah reruntuhan. Saya keliling-keliling, tidak pakai sandal, terus saja mencari," kata Asmudin.<br /><br />Keluarga Fikri -bocah yang berusia tujuh tahun di awal cerita kita ini- juga putus asa mencari buah hati mereka.<br /><br />Neneknya, Selfi Salilama, mengatakan mereka cemas bahwa Fikri sudah mati, jadi korban tsunami yang begitu dahsyat.<br /><br />"Di rumah sakit kami membuka-buka kantong-kantong jenazah yang berisi jasad anak-anak," katanya.<br /><br />"Kami ke rumah sakit Bhayangkara, membuka-buka jenazah satu persatu. Tapi sambil cemas sih, wah jangan-jangan jenazahnya ada di sini. Kebetulan ada anak kecil seperti Fikri juga. Ya Allah, dikuatkanlah, ternyata bukan. Dan setiap kali berharap jasad itu bukan Fikri."<br /><br />Mereka malah menemukan jenazah kakek Fikri.<br />"Kami hampir yakin bahwa kami telah kehilangan dia. Kami tahu kakak laki-lakinya yang berumur 10 tahun telah meninggal. Tetapi di lubuk hati, ada sedikit harapan bahwa mungkin Fikri berhasil lari waktu itu. Jadi kita berdoa semoga kita menemukan dalam keadaan hidup." <br /><br />Orang tua Fikri, tinggal dan bekerja di Gorontalo, yang jaraknya sekitar 600 kilometer.<br /><br />Jalur komunikasi lumpuh, mengakibatkan Selfi tidak bisa menghubungi mereka. Di sisi lain, dia juga sedikit takut memberi tahu mereka.<br />"Saya tidak ingin orang-orang panik dan khawatir. Kami ingin mencari terlebih dahulu dan memberi mereka kabar yang lebih pasti," katanya.<br /><br />Tetapi skala bencana yang begitu dahsyat membuat mereka tak mungkin menjaga rahasia itu.<br />"Kami melihat semuanya di televisi. Saya tidak bisa berkata-kata. Suami saya Iqbal langsung pergi ke Palu. Saya sendiri tinggal di sini untuk menjaga anak-anak saya yang lain," kata Susila, ibu Fikri.<br /><br />Ketika Iqbal As Sywie, suami Susila, tiba di Palu dan mendapati kedua putranya hilang, dia sangat terpukul.<br /><br />"Dia marah sekali," kata Selfi.<br />"Dia bilang, 'mengapa tidak menjaga anak-anak baik?' Saya harus menenangkannya dengan mengatakan bahwa ini di luar kuasa kami. Bahwa jika Allah ingin mengambil mereka, kita harus menerimanya," lanjut Selfi.<br /><br />Mereka kemudian mendaftarkan Fikri ke posko yang didirikan di berbadai sudut Palu untuk mencatat anak-anak yang hilang.<br />Mereka juga memberikan wawancara kepada stasiun televisi lokal, dengan menyebut ciri-ciri bocah tersayang mereka.<br /><br />Paman Jumadil mengunggah foto sang bocah di halaman Facebook yang dibuat untuk para korban dan penyintas gempa dan tsunami Sulawesi Tengah, berharap dengan foto itu ada orang yang bisa mengenali ponakannya.<br /><br />Dan itulah yang terjadi: seorang anak perempuan melihatnya dan yakin bahwa foto itu mirip sekali dengan anak yang sedang dirawat Sartini, ibunya.<br /><br />Sartini adalah istri seorang pemuka agama di sana. Ia menemukan anak itu di sebuah kantor polisi sesudah terjadinya gempa.<br /><br />Dia ingat bahwa saat ditemukan, anak itu terus menerus menangis sambil memanggil-manggil ibu dan ayahnya.<br /><br />"Saya membujuknya dan mengatakan 'ibu kamu sedang membeli susu buat kamu'," katanya kepada AFP pada saat itu. Dia berhasil menenangkannya, lalu merawatnya.<br /><br />"Yang di Facebook itu adalah foto lama Jumadil - jadi pada awalnya (Sartini) tidak yakin apakah itu benar-benar dia," kata Susi Rahmatia, ibu Jumadil.<br /><br />"Tapi ketika mereka membaca rincian di unggahan itu tentang apa yang dia kenakan hari itu - kemeja bergaris merah dan celana yang dikencangkan dengan tali karena terlalu besar, tahulah mereka bahwa itu adalah Jumadil."<br /><br />Tanda lahir di leher juga menegaskan bahwa itu memang Jumadil, sehingga pertemuan kembali dengan keluarga pun disiapkan.<br />"Saya tidak bisa tidur. Saya memikirkannya sepanjang malam, bertanya-tanya siapa yang menyelamatkan bocah kecil saya," kata Susi.<br /><br />Begitu muncul, Jumadil langsung melompat dari sepeda motor, menghambur ke pelukan ibunya. Reuni emosional mereka setelah lima hari pencarian itu terekam dalam film.<br /><br />Dia memeluk ibunya yang terus menghujaninya dengan ciuman. Air mata mengalir membasahi wajah mereka. Jumadil menangis tersedu-sedu, sampai terengah-engah.<br /><br />"Dia memeluk saya erat seperti tidak mau melepaskan lagi, kakinya melilit saya seperti monyet," kenang Susi.<br />"Kami tidak berbicara apa-apa. Dia sangat ketakutan. Banyak orang berkerumun di sekitar kami. Saya merusaha meyakinkannya bahwa sekarang semuanya baik-baik saja."<br /><br />Susi masih menunggu beberapa hari sebelum akhirnya menanyakan apa yang terjadi kepada anaknya.<br /><br />"Saya bertanya dengan lembut, 'Apa yang terjadi pada hari itu, Madil? Dan dia menjawab, 'Saya bermain di pasir dan tidak mengerti mengapa semuanya goyang-goyang.'<br />"Lalu saya tanya siapa yang ambil Madil waktu gempa itu. Dia bilang polisi."<br />"Tapi polisi yang mana, tidak tahu, sampai sekarang," kata Susi.<br /><br />Lain lagi yang terjadi pada Fikri, bocah tujuh tahun yang hilang setelah neneknya pulang sebentar untuk memadamkan kompor.<br /><br />Hari terus berlalu dan keluarga Fikri hampir putus asa - sampai akhirnya seorang staf Dinas Sosial tiba di rumah mereka.<br /><br />"Mereka membawa foto, mungkin baru difoto dengan HP, dan saya ditanya, 'Inikah cucunya?' O iya! Ini! Sudah! Ini sudah!"<br /><br />Lalu semua keluarga diberi tahu. "Sudah ada Fikri, sudah ada Fikri' jadi kami semua langsung mau pergi ketemu dia. Eh belum, katanya ada di Morowali Utara."<br />Morowali Utara berjarak 500 kilometer dari Palu.<br /><br />Baru setelah Fikri bersama mereka lagi, tiga minggu setelah dia hilang, keluarga itu mengerti bagaimana dia bisa mengembara sejauh itu.<br />"Kalau saya tak menyelamatkan anak ini, siapa lagi?"<br /><br />Seorang mahasiswa Kadek Ayu Dwi Mariati, 20, mengatakan ia menemukan Fikri di pinggir jalan.<br /><br />Ayu saat itu bersama temannya Wayan Sukadana tengah naik motor dan menyelamatkan diri dari tsunami.<br /><br />Fikri saat itu mengalami luka-luka dan Kadek mengatakan ia menangis mencari bapak dan ibunya. Ia hanya mengenakan kaus.<br /><br />"Niatnya, memang betul-betul saya menyelamatkan diri dengan teman. Sebenarnya enggak ada niat mau menolong Fikri. Jujur saja," Kadek mengingat lagi.<br /><br />"Karena saking paniknya, enggak ada mikirin untuk menolong siapa-siapa."<br /><br />Tetapi dalam hitungan detik, Kadek mengaku berpikir keras. "Kalau bukan saya yang tolong, apakah ada orang lain yang tolong anak ini."<br />Saat itu, Fikri mengaku orang tuanya "sudah tidak ada" karena rumahnya di pinggir pantai "hanyut".<br /><br />Ketika Ayu pulang ke kampungnya di Morowali Utara, dia berencana menitipkan Fikri ke saudara jauhnya di Palu. Namun bocah itu menolak.<br /><br />"Maunya ikut saya dan teman saya. Dia tidak mau tinggal dengan orang lain."<br /><br />Namun sebelumnya dia melapor ke polisi perihal Fikri. Dia menitipkan nomor telepon genggam orang tuanya jika ada keluarga yang mencari Fikri.<br /><br />"Kalau seandainya orang tuanya masih hidup, tolong hubungi orang tua saya."<br /><br />Ayu mengaku senang campur sedih ketika akhirnya orang tua Fikri menghubungi.<br /><br />"Sedihnya, karena harus pisah dengan dia. Senangnya, bersyukur karena orang tuanya masih ada. Saya rindu dia karena beberapa minggu tinggal bersama."<br />Mukjizat<br /><br />Perjumpaan mereka juga terekam dalam film. Keluarganya diminta oleh para staf Dinas Sosial and team UNICEF untuk menunggu di sebuah tenda - tidak ada yang membuka mulut dan mereka gelisah dan hanya menatap tangan mereka sendiri dengan gugup.<br /><br />Kemudian Fikri dibawa masuk. 'Alhamdulillah' teriak mereka dalam tangis sembari memeluk Fikri dan merangkulnya erat-erat.<br /><br />Fikri berseri-seri, mengenakan kemeja dan jins yang rapi.<br /><br />"Kami menangis dan memeluknya tanpa henti," kenang Selfi.<br /><br />"Kami menangis gembira semua bercampur haru. Kita gembira karena Allah masih memberi kami waktu untuk kami membimbingnya. Terharu karena masih ada orang yang selamatkan dia. Kami hanya bisa menangis dan bersyukur pada Allah."<br />Hak atas foto UNICEF <br /><br />Trauma<br /><br />Orangtua Fikri telah membawanya kembali untuk tinggal bersama mereka di Gorontalo. Sekolah di Palu belum dibuka lagi secara normal, dan kini mereka ingin selalu berada dekat dengannya.<br /><br />"Dia tidak ingin dibiarkan sendirian, bahkan sedetik pun. Dia berkata kepada kami 'jika kamu meninggalkan saya dan gempa bumi lagi ke mana saya harus pergi?," kata Susila, ibu Fikri, melalui sambungan telepon.<br /><br />"Kami harus menunggunya di luar kelas. Kami tidak membicarakan apa yang terjadi. Dia akan menangis jika hal itu terjadi. Kakaknya tidak pernah kembali."<br /><br />Neneknya sering menghubunginya melalui panggilan video. 'Mana senyummu' kata sang nenek di telepon.<br /><br />"Ah, itu dia! Anak laki-laki paling tampan di Gorontalo," kata Selfi.<br /><br />Jumadil juga masih trauma, tetapi setiap sore dia harus kembali ke pantai yang sama, untuk membantu ibunya berjualan kacang rebus.<br />"Jika berpikir tentang hal itu secara logis, sungguh luar biasa bahwa dia selamat, mengingat kekuatan ombak yang menghancurkan apa saja. Bangunan saja hancur lebur, apalagi manusia. Banyak petugas polisi tewas. Saya benar-benar ingin tahu siapa yang menyelamatkan bocah kami,"<br /><br />"Itu saya heran sendiri, bagaiamana dia bisa selamat? Manusia biasa seperti kita ini, secara logika mustahil. Karena waktu itu banyak pamong praja dan polisi yang meninggal. Air itu sangat kuat, sekencang apapun kamu lari pasti tergulung. Tembok saja rubuh, apalagi manusia. Itu yang bikin heran siapa yang selamatkan anak ini."<br /><br />"Ini keajaiban, bahwa dia selamat."<br />"Dia masih sering teringat kejadian itu. Kalau mati lampu, dia lari langsung memeluk saya. Kalau duduk seperti ini, mati lampu dia langsung loncat. Dia tanya "kalau mati lampu, kenapa Ma?" Waktu gempa itu kan mati lampu orang-orang lari sewaktu gelap. Sampai sekarang masih trauma kalau mati lampu."<br /><br />Sementara kami berbicara di warung mereka, seorang ibu lain datang dan mengatakan putranya juga sempat hilang selama empat hari.<br /><br />Dia juga dihanyutkan gelombang, katanya. "Sekarang susah sekali untuk memandikannya. Anak itu sekarang jadi takut air," cerita sang ibu. Saat ibunya melayani pelanggan, kakek Jumadil, Asmudin, membawanya berjalan-jalan meniti puing-puing.<br /><br />Dia masih susah percaya bahwa cucunya telah kembali.<br /><br />"Sulit bagi orang seperti saya untuk mencernanya," katanya. Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8348675630205301206.post-70140735261548812142018-11-30T19:35:00.003-08:002018-11-30T19:35:46.745-08:00Kader PBB Tetap Pilih Prabowo, Meski Yusril Dukung Jokowi Kata Timses <a href="https://www.buletinnasional.com/index.php/category/politik/" target="_blank">BuletinNasional</a>. Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra mengisyaratkan partainya memberikan dukungan kepada pasangan nomor 1 di Pilpres 2019. Tim sukses Prabowo-Sandiaga mengaku tidak ada masalah dengan hal tersebut.<br /><br />Juru bicara timses Prabowo-Sandi, Andre Rosiade, menilai pertemuan antara Yusril dan paslon nomer 1 adalah hal yang biasa. Apalagi Yusril dan paslon 1 diketahui sudah kenal sejak dulu dan pernah beberapa kali bertemu sebelumnya.<br /><br />"Pertemuan dua tokoh politik seperti Pak Yusril dan Pak Jokowi adalah hal yang lumrah, apalagi ini tahun politik. Hal yang biasa bertemu dan silaturahim satu sama lain," kata Andre <br /><br />Andre melanjutkan, jika pada akhirnya Yusril memutuskan membawa PBB menjadi partai pendukung Jokowi-KH Ma'ruf Amin di Pilpres 2019, pihaknya akan menghormati keputusan tersebut. "Karena itu adalah haknya PBB, haknya Pak Yusril sebagai ketua umum dan hak seluruh stakeholder PBB. Apapun keputusannya kami hormati," katanya.<br /><br />Namun Andre meyakini, meski nanti PBB menyatakan akan mendukung Jokowi, kader PBB di akar rumput akan tetap memberikan dukungan dan pilihan kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Terlebih pemilih PBB merupakan orang yang menghormati keputusan ijtima ilama yang telah menegaskan untuk memberikan dukungan kepada Prabowo-Sandi. <br /><br />"Ini analisis kami, bisa benar atau salah, bisa didebat juga. Insyaallah pendukung PBB untuk pilpres tetap memilih Pak Prabowo dan Bang Sandi. Karena kan PBB partai Islam, di mana pemilih PBB ini sangat menghormati keputusan ulama, di mana ulama melalui ijtima I dan II memutuskan mendukung Pak Prabowo. Dan kami optimis pemilih PBB akan mengikuti keputusan ulama untuk memliih Pak Prabowo, meski Pak Yusril dan PBB memilih Pak Jokowi," jelasnya.<br /><br />Dia mengatakan hal ini dia rasakan salah satunya di Sumatera Barat. Di mana pada saat pengukuhan tim kampanye daerah Prabowo-Sandi, banyak hadir kader dan caleg PBB.<br /><br />"Itu para caleg PBB hadir mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo-Sandi. Apalagi Novel Bamukmin juga sudah menyampaikan kekecewaan, merasa tertipu bahwa Pak Yusril mendukung Pak Jokowi. Jadi suasana kebatinannya memilih Pak Prabowo-Sandi. Tapi, apa pun keputusannya, itu hak Pak Yusril dan PBB. Kami menghormati," katanya.Adminhttp://www.blogger.com/profile/06914597617687203474noreply@blogger.com0